MENGURAI MIMPI DI PULAU SINGA

“Minggu depan kamu ikut saya ke Singapura!” perintah Pak Jamli mendadak. Aku masih mengetik pengantar sebuah laporan, pagi itu. Aku terdiam sejenak. Karena selain sedang membuat serta merangkai kalimat untuk laporan, otakku terus mengingat mimpi tadi malam. Mimpi yang sama yang selalu berulang selama 3 bulan terakhir ini. Akan tetapi, belum juga aku dapat menerjemahkan arti mimpi itu dan juga belum selesai menghitung hari apa minggu depan itu, Pak Jamli meneruskan kalimatnya, “Renita yang biasa menemani saya, minggu depan harus ke Sydney. Dia akan mewakili saya bertemu donatur proyek di Papua.” Aku mengangguk meskipun seketika jantung berdebar. “Besok pagi urus paspormu di kantor imigrasi. Uang pembuatannya, minta di bagian keuangan. Bagaimana prosedur dan cara membuat paspor, tanya Mbak Ulfi di bagian keuangan,” perintah Pak Jamli kemudian. “Kamu belum punya paspor kan , Bon?” ...