Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2017

MENGURAI MIMPI DI PULAU SINGA

Gambar
“Minggu depan kamu ikut saya ke Singapura!” perintah Pak Jamli mendadak. Aku masih mengetik pengantar sebuah laporan, pagi itu.             Aku terdiam sejenak. Karena selain sedang membuat serta merangkai kalimat untuk laporan, otakku terus mengingat mimpi tadi malam. Mimpi yang sama yang selalu berulang selama 3 bulan terakhir ini. Akan tetapi, belum juga aku dapat menerjemahkan arti mimpi itu dan juga belum selesai menghitung hari apa minggu depan itu, Pak Jamli meneruskan kalimatnya, “Renita yang biasa menemani saya, minggu depan harus ke Sydney. Dia akan mewakili saya bertemu donatur proyek di Papua.” Aku mengangguk meskipun seketika jantung berdebar.          “Besok pagi urus paspormu di kantor imigrasi. Uang pembuatannya, minta di bagian keuangan. Bagaimana prosedur dan cara membuat paspor, tanya Mbak Ulfi di bagian keuangan,” perintah Pak Jamli kemudian. “Kamu belum punya paspor kan , Bon?” ...

SAAT KAU DATANG

Gambar
Wajah Rochma terlihat sendu ketika kukatakan tidak akan melanjutkan sekolah. Alasan ketiadaan biaya menjadi alasan paling utamaku. Kesenduan Rochma berganti linangan air mata di tepian kedua matanya yang bulat. Kedua alisnya yang tebal mengerut ke tengah. Wajahnya kini sendu-sedan dengan linangan air mata justru saat kukatakan hendak merantau ke Malaysia.               "Lik Marsan mengajakku ke sana. Dia yang sementara menanggung biaya pemberangkatanku. Juragan tempatnya bekerja memang membutuhkan orang di perkebunan sawitnya. Katanya, biaya pemberangkatanku akan potong gaji. Aku sih manut, yang penting bisa kerja untuk meringankan beban bapak." Rochma diam mendengarkan penjelasanku.             "Jadi anak laki-laki memang harusnya begitu! Berani menerima tantangan. Berani melalang buana kemana saja." Sebuah suara mengagetkan kami. Serempak kami memalingkan muka ke ...