Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2016

JANGAN BIARKAN AKU CEMBURU

Gambar
Lorong antarkelas menjadi saksi ketika kupijakkan lagi almamaterku, SMP Hegarmanah di kota C. Dua kelas yang berjejeran, 2C dan 2D, yang saat itu sedang kupandangi, membuatku tersenyum dan terkenang. Betapa setiap hari aku tidak pernah melepaskan pandangan padanya, setiap melewati kelas 2C. Aku ada di kelas 2D. Jalan keluar memang harus melewati kelas 2C.  Jendela yang sebatas dadaku, godaan temanku di kelas 2C yang duduk dekat jendela, tidak kupedulikan kala itu. Mataku hanya tertuju pada satu titik. Bangku depan meja guru. Pesona gadis manis yang duduk di situ, yang membuatku ingin selalu menengok kelas 2C. Lekatnya pandanganku itu nyaris tidak hilang sejak aku pindah ke SMP ini, pada awal semester satu, kelas 2. "Hayo, melongok masa lalu, ya?" tiba-tiba suara yang kukenal mengangetkanku. Aku menoleh dan wajah yang tak asing lagi. Bu Karsih, guru BP-ku. Kujabat tangannya, kucium tangannya, kemudian guru bersahaja ini mengelus kepalaku. “Tambah keren wae, cah?” sapaa...

TERJERAT RANGKAIAN KATA

Bangku baris ketiga dari belakang, jadi pilihanku begitu kumasuki kelas baruku. Entah kenapa bangku itu menjadi pilihan pertamaku. Seperti ada yang menarikku secara kasat mata menuju bangku itu. Yang terpenting, bangku itu dekat jendela sehingga selain bisa merasakan kesejukan udara luar, aku juga bisa melihat situasi lapangan sekolah baruku itu. Aku memang tidak betah dengan gerah. Badanku selalu kepanasan jika asupan udara segar tidak masuk.             Masa OSPEK kulalui dengan tenang, tak ada sesuatu yang berarti dalam mengikutinya. Kalau pun ada galak-galakan kakak kelasku, selalu kutanggapi dengan senyuman dan candaan saja. Dan, waktu memang membuktikan kelak, bahwa aku sangat dikenali oleh teman-teman seangkatan maupun kakak-kakak kelasku. ***             Jam pelajaran terakhir  matematika terasa membosankan. Mata pelajaran yang berdurasi 2 jam, bagiku terasa ...

KIRIMI AKU SURAT CINTA

Aku bernafas lega begitu kedua anakku berhasil kuninakbobokkan. Kurebahkan tubuhku di sofa kesayangan sambil memencet remote TV, mencari-cari acara TV yang menghibur siang itu. Lelah sekali aku hari itu. Seakan pekerjaan rumah tangga tidak pernah habis, tidak pernah selesai. Jam kuno, warisan eyang suamiku, berbunyi dua kali. Tepat jam 2 siang. Beberapa jam lagi suamiku tiba dari kantor. Dari sofa aku masih melihat beberapa mainan anakku berserakan. Baju-baju kotor yang belum sempat kucuci juga masih menumpuk di keranjang cucian. Kembali aku berdesah pelan. Tak mungkin aku merutuki diriku. Toh, ini sudah pilihan yang kuambil kala menerima pinangan keluarga suamiku dulu.             Aku terkejut mendengar ucapan salam dan suara pintu berderit terbuka. Ternyata yang pulang Satrio. Buru-buru kubenahi baju dan rambutku. Rupanya aku tertidur satu jam, terbangun karena kedatangannya.         ...