Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2016

MENGUNYAH MASA LALU DEMI NOSTALGIA

Gambar
Mika menghempaskan tubuhnya di sofa. Ditariknya nafas dalam-dalam sembari mengitari pandangan memantau segala penjuru rumahnya. Semua tertata, bersih, dan apik dipandang. Seharian tadi Mika membereskan rumah bersama Karti.  asisten rumah tangganya, yang kini sosoknya tampak di dapur bersih. Ia sedang mempersiapkan jus buah segar untuk keempat anaknya siang nanti. Mika meraih koran pagi, membolak-balik lembarannya, dan matanya langsung tertuju sebuah informasi bertuliskan Mengunyah Masa Lalu Bersama Tommy Page. Sebuah desahan kecil mengalir dari bibirnya yang tampak merah meskipun tidak bergincu. Dengan seksama Mika membaca informasi tentang TP yang ternyata akan melakukan tur 2 kota, di Jakarta dan di Solo. TP akan beraksi di Whiz Prime Hotel, Kelapa Gading pada Sabtu, 4 Juni. Mata Mika sejenak menerawang. Kemudian matanya langsung melihat ketiga anaknya yang sedang asyik sendiri-sendiri dengan kesukaan masing-masing.          ...

PENGHUJUNG RAMADAN 'TUK HESTI

Gambar
Tahun ini merupakan lebaran ketiga bagi Hesti dan keluarganya tinggal di Unique Paradise Huniyan. Sebuah perumahan mewah yang ada di pinggiran kota namun tak pernah sepi peminat untuk menghuni dan tinggal di dalamnya. Perumahan ini juga menjadi incaran kaum berpunya dari luar kota. Sekedar untuk dijadikan asset investasi masa depan semata.             Keberadaan Hesti dan Rohurmurrie suaminya, serta kedua anak mereka, Thio dan Thia, di Unique Paradise Huniyan, juga bukan karena keinginan mereka. Adalah Dr. Cyruss Roharmarin, si pemilik rumah yang rumahnya kini mereka tempati. Cyrus masih kerabat Rohurmurrie suami Hesti. Kedua kakek mereka bersaudara kandung, kakak beradik. Karena perintah kantor tempatnya bekerja, Cyruss harus menetap di Brussel sebagai atase kebudayaan di KBRI. Semua anggota keluarga Roharmarin ikut ke sana. Daripada rumah kosong, Marin minta tolong saudaranya Murrie untuk tinggal sekaligus menitipkan rumah kep...

DICEKAM MIMPI

Gambar
Juniar terbangun. Tubuhnya berkeringat. Kamarnya terasa hangat karena pancaran sang baskara yang menyusup dari celah-celah genting kamarnya yang tidak rapat. Matanya menyorot ke arah genting yang menyala. Dan ketika hendak beranjak dari ranjangnya, ia mendapati guling yang biasa menjadi teman tidurnya, masih teronggok membujur. Balutan warna putih sebagai penutupnya langsung membuatnya terperanjat. Sesaat Juniar sempat heran dan berpikir. Ia selalu memeluk gulingnya sebagai penghangat tidurnya. Akan tetapi kali ini, malam ini, entah mengapa guling itu hanya teronggok rapi di sebelahnya.  Juniar mengurungkan niatnya untuk bangun meskipun sinar matahari kian tajam menerobos celah-celah genting kamarnya yang tak bereternit. Matanya memejam lagi mengingat kejadian semalam yang dialaminya.              Sebelum tidur semalam, Juniar sempat membaca sebuah cerpen berjudul Pengantar Malaikat karya Ken Hanggara yang ada di h...