KASIH YANG KAU TANAMKAN DI STUDIO

Begitu pintu studio terbuka, semua berebut masuk. Tak kuhiraukan desakan teman-teman yang ingin segera melampiaskan hasrat bermusik. Aku justru terperangah begitu tahu kau ternyata sudah duduk di dalam. Wajah tertunduk membaca sesuatu dari kertas yang terpegang. Reaksi terkejut begitu tampak ketika aku masuk terakhir.

Lama tak bersua, hanya memandang wajahmu dari medsos-medsos yang kauikuti. Dan kini pancaran lembut itu nyata di hadapanku. Entah mengapa ada yang mendesir perlahan di dada.

Tiba-tiba kau memintaku duduk di sebelahmu. “Ayolah, ikutan bernyanyi untuk acara reuni besok,” ajakmu. Aku hanya tersenyum. Desiran halus yang sempat mengalir, terasa kian menderas. "Masih ingat lagu ini, kan?" Aku melirik teks yang dipegangnya. Hanya helaan napas yang kuhembuskan. Mereka setuju kalau kau duet denganku, katanya lagi. Aku mengangguk setuju. Terdengar teriakan nyaring dari teman-teman si anak band, “Kapan lagi duet sama Tria, Don?”

Musik pun mengalun mengiringi Tria yang siap bernyanyi. Sebelum bernyanyi, Tria berujar lirih kepadaku, "Kok jantungku deg-degan, ya." Aku terperanjat, seakan mengamini desiran halus yang tak mau berhenti didadaku.

Entah mengapa, tiba-tiba kau sentuhkan jemarimu dan menatapku seperti sekian tahun lalu di dalam studio yang sama. Studio milik SMA Sinar Bangsa sengaja dibuat untuk menampung hasrat bermusik anak-anak. Di situlah aku bertemu Tria. Kami berbeda kelas saat itu. Kegemaran yang sama dalam bermusik, khususnya sebagai vokalis, menuntun kedekatan kami. Tidak sekedar dekat secara fisik saja namun juga hati dan perasaan. Dorongan anak-anak band juga makin memperat kisah cinta SMA itu.

“Don, siap?” tanya Tria tanpa melepas genggaman jemarinya di jemariku. Meskipun desiran di dada tak buru-buru hilang, aku mengangguk pelan. Intro Nuansa Bening pun mengalun yang lantas menyeret kami ke masa lalu.

Kata demi kata lirik lagu Nuansa Bening kami nyanyikan. Anak-anak band sengaja mengaransemen lagu agak berbeda namun suasana nostalgi terasa kental. Sesekali sambil bernyanyi kulirik wajahmu. Tetap sama seperti kala itu kami bernyanyi. Namun, gurat wajahmu di penghujung senja tidak bisa menipu waktu. Dan ketika tanpa sengaja aku menengok cermin yang terpasang di depan tempat kami latihan, guratan yang sama juga ada diwajahku disertai rambut yang memutih seluas batok kepalaku. Hmmm desahan dalam hati yang bisa kulakukan. Entah kenapa genggaman jemarimu terasa erat.


Oh tiada yang hebat dan mempesona ketika kau lewat di hadapanku, Biasa saja….

Waktu perkenalan lewatlah sudah, ada yang menarik pancaran diri, terus mengganggu.

……

Kini terasa sungguh, semakin engkau jauh, semakin terasa dekat…..

Akan aku kembangkan, kasih yang engkau tanam, di dalam hatiku.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

PIYAMBAKAN

SENGAJA DATANG KE KOTAMU

KIRIMI AKU SURAT CINTA