CA_MA



CAKE MADU

Daftar penceramah tarawih sudah terpasang di papan pengumuman masjid perumahanku. Tahun ini banyak penceramah dari luar yang diundang takmir masjid. Alhamdulillah. Itu artinya takmir masjid mulai berupaya sungguh-sungguh supaya siar islam disampaikan orang yang memang mumpuni dalam bidangnya. Tidak seperti ramadan sebelumnya ceramah tarawih diisi jemaah pria yang berkenan. Aku salah satunya. Dan rata-rata dari kami memang bukanlah ahli agama. Ceramah yang kami bawakan biasanya mengenai akhlak mulia, pengalaman hidup atau hal-hal spiritual hasil membaca berbagai referensi (alquran salah satunya). Niatnya memang untuk berbagi dan saling mengingatkan semata. Ada sedikit perasaan sedih tak bisa berbagi lagi dalam ceramah tarawih. Namun begitu aku menyadarinya dan coba membuang jauh-jauh perasaan itu. Beginilah cara Allah mengingatkan kami agar bergiat mendalami islam selama ramadan. Caranya? Menjadi pendengar ceramah tarawih yang baik.
***
             Aku menimang-nimang buku kumpulan cerita. Membuka kembali halaman demi halaman, kemudian membaca kisah-kisah yang dituliskan teman-temanku sesama anggota komunitas menulis. Beragam kisah spiritual teman-temanku diceritakan di buku itu. Aku tersenyum, kadang terharu. Sengaja aku membaca buku itu menjelang buka puasa setelah mandi sore dan berdoa sejenak. Hatiku tiba-tiba merekah ketika membaca cerita berjudul Demi Masa. Di bawah judul itu tercantum namaku. Benar! Aku adalah salah satu kontributor dalam buku kroyokan yang diterbitkan Azkiya Publishing.
Happy Ramadhan: Ramadan-ku, Ramadhan-mu, Ramadhan Kita, demikian penerbit menamai buku kumpulan cerita itu. Aku membaca ulang tulisan itu, dan tersenyum mengenang. Setahun yang lalu, Demi Masa merupakan ceramah tarawih yang pernah kusampaikan di hadapan jemaah masjid perumahan. Betapa bermaknanya waktu dan manusia akan merugi apabila menyiakannya. Demikian inti ceramah tarawihku kala itu yang kemudian kujadikan tulisan. Demi mendapatkan tulisan yang bermakna, kubaca berulang-ulang arti surat Al-Ashr dalam Alquran, serta membaca buku Tafsir Al-Qur’an Al-Karim M. Quraish Shihab sebagai penguat referensi tulisanku.
            Hatiku semakin bungah usai membaca Demi Masa. Ada 2 tulisan lagi yang menyertai, Yakini Bawah Sadarmu dan Memburu Ampunan Allah di Bulan Ramadan. Kedua tulisan itu merupakan rangkuman ceramah tarawihku juga. Mendadak isi kepalaku bercahya. Kenapa aku tak membuat catatan kecil selama bulan ramadan? Kalau pun aku tak bisa lagi mengisi ceramah tarawih, setidaknya aku masih bisa berbagi lewat catatan kecilku, tahun ini. Aku tersenyum sekaligus berharap suasana hati berkarib untuk membaca kemudian menuliskan. “Mengikat makna,” kata guruku Pak Hernowo menyeruak keluar. Sudah aku putuskan akan membagi ‘catatan kecil ramadanku’ pada status whatsapp. Dan kuberi nama catatan kecilku: CAKE MADU.
            Meskipun tak bisa menuliskan catatan kecil ramadan setiap hari, namun aku senang tetap bisa berbagi pengalaman. Terlebih lagi banyak yang melihat status whatsapp-ku. Dan pastinya, mereka membaca ‘catatan kecil ramadanku’ (CAKE MADU). Hatiku tambah gembira ketika mereka mengomentari catatanku.
Indahnya ramadan, bulan penuh berkah....


#KontesMenulisEmir

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PIYAMBAKAN

SENGAJA DATANG KE KOTAMU

KIRIMI AKU SURAT CINTA