F-DISK

Mataku menangkap ada cahaya berkerlip-kerlip di bawah rak buku. Saat itu aku sedang mencari buku yang akan kupinjam dari Perpustakaan Pusat UGM. Aku jongkok berusaha meraih benda berkerlip itu. Ketika aku berdiri benda itu belum terlihat wujudnya. Dengan sedikit memiringkan tubuh barulah aku tahu benda apa yang berkerlip itu. Ternyata sebuah flashdisk.
            Rekaman pemberitahuan jam buka perpustakaan akan berakhir sudah terdengar berulang-ulang. Seorang petugas perpustakaan yang sedang mengembalikan buku ke rak, mengingatkanku. Aku mengangguk sambil mengatakan sesuatu padanya.
           
“Iya Mbak. Saya mau mengambil flashdisk  yang jatuh di bawah rak buku ini,” kataku pelan, telunjukku menunjuk ke arah bawah. Mbak petugas perpustakaan tersenyum melihatku jongkok dan berusaha meraih sesuatu di bawah rak buku. Ia segera berlalu setelah meletakkan buku-buku.
            Flashdisk sudah kugenggam. Bentuknya kecil menyerupai es krim berwarna kecoklatan. Namun setelah kupegang flashdisk itu tidak berkerlip seperti ketika berada di bawah rak buku. Terdengar lagi pemberitahuan perpustakaan akan tutup sebentar lagi. Aku bergegas memasukkan flashdisk ke saku celana serta membawa buku yang akan kupinjam.
            Waktu kala itu masih jam 5 sore, tapi awan hitam sudah rapat menaungi kawasan UGM. Suasana seperti menjelang malam saja. Cepat-cepat aku menuju parkiran motor. Sebisanya aku ingin sampai kamar kos sebelum hujan menyergap. Ketika aku sibuk mencari motor, dari saku celanaku tampak menyala. Nyala yang berkerlip-kerlip seperti yang kulihat di perpustakaan tadi. Tak salah lagi, itu pasti kerlip dari flashdisk yang kukantongi. Ajaib!! Itu yang terlintas dibenakku. Tanpa berusaha memikirkan kerlip, ku-start motor Yamaha NMAX dan buru-buru meninggalkan pelataran parkir Perpustakaan Pusat UGM.
            Beruntung aku tidak terkena hujan selama perjalanan menuju kamar kos. Hujan baru menderas ketika kumasukkan NMAX ke dalam garasi kos-kosan. Dalam saku celanaku masih menyala kerlip-kerlip. Segera kukeluarkan benda berkerlip itu dan meletakkannya di meja belajar. Kerlipnya langsung padam. Aku langsung mandi dan bersiap salat maghrib. Malam itu, aku ingin tahu flashdisk siapa gerangan yang terjatuh di bawah rak buku di perpustakaan tadi. Dan tentu saja mencari tahu mengapa ia berkerlip-kerlip.
            Flashdisk berbentuk huruf es krim, berwarna coklat langsung kutancapkan pada laptop. Aku tertegun begitu tahu isinya. Berkas-berkas mengenai tesis. Kucoba membuka satu per satu berkas yang ada. Ingin mencari tahu siapa pemiliknya. Sayangnya, tak kutemukan juga.  BAB I, BAB II. BAB III, BAB II revisi dan BAB III revisi. Hanya itu yang ada dalam berkas flashdisk itu. Tak ada kata pengantar atau berkas yang bisa menunjukkan kepemilikan.  Bahkan halaman judul pun tak ada namanya. Hanya tertulis ANALISIS GREEN SCHOOL PADA PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS RENDAH DI SDN 24 TUAN. Aku menghela nafas seraya membayangkan betapa paniknya pemilik benda penyimpan data itu. Pasti data di dalamnya sangat penting dan sangat berarti, gumamku. Ingin sekali cepat mengetahuinya dan mengembalikan kepada pemiliknya. Akan tetapi keterbatasan informasi dalam flashdisk yang kutemukan membuat rasa pesimis menggelayut.
            Sekali lagi aku menelusuri isi flashdisk itu, berharap ada yang terlewatkan saat tadi menelisiknya. Dengan seksama, dengan berhati-hati kuperiksa ulang, dan tetap berakhir sama. Tak ada nama pemiliknya. Semua berkas tesis itu kututup hingga menyisakan berkas utamanya: BAB I, BAB II, BAB III, BAB II revisi, BAB III revisi, dan HALAMAN JUDUL. Tanpa sengaja, pointer mouse mengenai tulisan BAB III revisi. Lantas muncul keterangan dalam kotak:
            Type: Microsoft Office Word 97 – 2003 Document
            Author: Nila Widia
            Date Modified: 22/3/2017 9:32 AM
            Size: 50 KB
           
           
Ahaai, pekikku gembira. Karena dari ketidaksengajaan itu aku menemukan petunjuk mengenai si pemilik. Aku beranggapan pemilik flashdisk bernama Nila Widia terlihat dari author-nya menunjukkan nama itu. Besok aku akan datang lagi ke Perpustakaan Pusat UGM dan mencari tahu tentang Nila. Aku sangat yakin bahwa akan ada petunjuk mengenai Nila Widia ini. Malam itu aku bisa merebahkan tubuh untuk berisitirahat. Sambil tiduran aku mengecek fesbuk sekedar ingin tahu apa yang terjadi pada medsos hari ini. Di sela-sela memeriksa fesbuk, tiba-tiba terlintas untuk mencari nama Nila Widia melalui search fesbuk.  Pikiranku simple saja, siapa tahu Nila juga memiliki akun di fesbuk, syukur-syukur aktif ber-medsos. Dan begitu kuketikkan namanya, muncullah daftar nama Nila Widia tidak hanya satu. Wadohh!!
            Dari sekian banyak nama Nila Widia yang ada di fesbuk, tidak mudah mencari pemilik flashdisk es krim coklat yang kutemukan. Aku membuka lagi berkas yang ada di dalam flashdisk untuk mencari informasi tambahan tentang Nila Widia. Aku menemukan petunjuk dari judul tesisnya. Objek penelitiannya adalah SDN 24 Tuan. Mungkin dari SDN 24 Tuan aku bisa mengetahui keberadaannya. Kutelusuri BAB I tesisnya hingga aku menemukan SD yang menjadi objek penelitiannya berada di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.  
            Ya ampun jauh sekali tempat tinggal si pemilik flashdisk ini, desahku sembari menghela nafas. Kasihan, pastinya ia sangat kehilangan data-data penting ini, pikirku lebih lanjut. Aku bertekad harus bisa menemukan Nila Widia. Berbekal tambahan nama dan lokasi SD itu berada aku mencari di google maupun fesbuk.  Aku juga mengecek ulang tanggal data diperbaharui yang kemudian disimpan di flashdisk. Ternyata BAB II revisi dan BAB III revisi merupakan data yang baru saja diperbaharui dan baru disimpan tadi siang. Tertera tanggal 22 Maret 2017. Tanganku tanpa dikomando menggaruk-garuk kepala yang tak gatal. Satu komentarku: KASIHAN !!
            Memakan waktu untuk mencari si pemilik flashdisk, yang bernama Nila Widia dan berasal dari Kalimantan Barat. Secara tak sengaja aku menemukan nama Fathonah Nilawidia bukan Fathonah Nila Widia. Fathonah, dalam beranda fesbuknya, tinggal di Sosok dan berasal dari Sanggau, Kalimantan Barat.
            Bingo, beng beng !! Aku senang banget menemukan nama Fathonah Nilawidia. Perasaanku mengatakan dialah si pemilik flashdisk yang tadi siang sempat tercecer di Perpustakaan Pusat UGM meskipun namanya tidak seperti yang ada dalam berkas flashdisk-nya: NILA WIDIA. Sebelum mengirimkan pesan kepadanya, aku menelusuri lagi akun fesbuk Fathonah. Dan, alhamdulillah…. Aku menemukan sebuah foto yang di situ menampakkan nama SDN 24 Tuan. Tampaknya itu adalah papan pemberitahuan nama-nama guru SDN 24 Tuan. Ohhh, ternyata Fathonah Nilawidia merupakan Kepala Sekolah di SD itu. Aku semakin yakin untuk segera mengirimkan pesan melalui messenger fesbuknya.  Bismillah .., aku pun menuliskan pesan segera. Sambil tetap rebahan aku menunggu jawaban dari Fathonah. Apalagi ada status yang dituliskan olehnya siang itu. Bunyinya: GALAU BINGIT DITINGGAL DIA BEGITU SAJA !!  Tak salah lagi, aku merasa yakin bahwa dialah pemiliknya.
            Aku terbangun gegara alarm ponselku berdering. Aku terkejut. Ternyata semalam sembari menunggu aku ketiduran sampai pagi. Buru-buru kutengok messenger fesbuk dan di situ ada jawaban dari Fathonah.
            “Iya Mas, benar Mas. Itu benar flashdisk milik saya yang tadi siang tercecer di Perpustakaan Pusat UGM. Aduhhh, terima kasih sekali ya Mas. Alhamdulillah… Mau mati rasanya saat tahu flashdisk itu raib. Kapan kita bisa bertemu?” Aku tersenyum puas membaca jawaban Fathonah. Tak sia-sia aku semalam mencarinya di dunia maya. Fathonah juga semakin yakin itu miliknya karena aku memotret flashdisk yang berbentuk es krim coklat. Segera kuberikan jawaban kepadanya: Jam 10 pagi, kita bertemu di Perpustakaan Pusat UGM saja. Saya tunggu di lobby perpustakaan. Selesai memberi balasan aku bersiap melakukan salat subuh di masjid. Ponsel aku cas karena baterainya sudah menipis.
            “Iya Mas, nanti saya ke perpustakaan. Sekali lagi terima kasih. Ohya salam kenal yaa….” Itu balasan Fathonah ketika aku pulang dari masjid.  Dan dalam akun fesbukku muncul permintaan pertemanan dari Fathonah. Dan langsung kuterima. Kutinggalkan ponsel yang baterainya belum penuh dan keluar kamar untuk sekedar olga ringan. Perasaanku berbunga, senang, karena berhasil membantu seseorang yang sangat membutuhkan benda miliknya. Bibirku membentuk lekukan ceria pagi itu. Nanti, selain akan menyerahkan flashdisk-nya aku juga akan berkenalan dengan gadis dari seberang pulauku: Fathonah Nilawidia.
            Jam 10 kurang, aku sudah berada di perpustakaan. Aku mondar-mandir di lobby perpustakaan menanti kedatangannya. Perjumpaan kami hanya berbekal foto yang kami lihat di fesbuk masing-masing. Yakin saja pasti tak jauh beda keadaannya. Jam 10.15 Fatnonah belum tampak. Aku menyesal tidak bertukar nomor ponsel dengannya melalui messenger. Aku kemudian mendekati meja penerima tamu perpustakaan. Berbincang santai dengan petugas yang ada di situ. Si ibu yang bertugas menanyakan padaku kenapa dari tadi mondar-mandir saja. Aku tersenyum kemudian mengatakan sedang menunggu seorang teman. Ia pun hanya mengangguk dan melanjutkan pekerjaannya. Dan aku tetap menunggu di depan meja penerima tamu itu.
            “Permisiii….” Sebuah sapaan terdengar dari belakangku. Aku membalikkan badanku. Seorang gadis tersenyum sambil menyebutkan namaku. “Mas Andara, kan?” Sepersekian detik aku tertegun sebelum akhirnya menjawab sapaan gadis itu. “Fathonah, kan?” Aku ikut-ikutan menyapa sepertinya. Kami bersalaman sembari tersenyum. Setelah berbasa-basi sedikit kami segera menyingkir dari meja penerima tamu.
            “Gimana kalau kita ngobrol sambil makan di Kantin FTP? Nggak sedang sibuk, kan?” tanya Fathonah. Aku buru-buru menganggukkan kepala.
            “Aku yang traktir sebagai rasa terima kasihku karena Mas Andara sudah menemukan hidup matiku.” Ia kemudian tertawa. Flashdisk belum kuberikan. Kami lantas berjalan kaki menuju Kantin FTP.
            “Kok sudah familiar dengan UGM tampaknya?” kataku sambil berjalan di sampingnya.
            “Iyo, Mas…. Aku iki yo wong kene. Wong Jogja. Persis e seko Gunung Kidul.” Fathonah menyebutkan asal leluhurnya sambil tersenyum sipu-sipu. “Namun sejak dulu kedua orang tuaku merantau ke Kalimantan Barat. Dan aku lahir dan besar di sana.”
            “Oalah, pantesan aja…!” Kami pun sampai di Kantin FTP. Ada bangku kosong dekat pagar kantin.
            Sesudah kami duduk, Fathonah menawariku ingin makan apa. Ia lalu bilang kalau pemilik Kantin Raoskeun Bentenna itu kakaknya. Ia berdiri setelah meletakkan tas ranselnya. “Ayo Mas, pilih sendiri makannya,” ajak Fathonah. Aku mengikutinya menuju konter RB.
            Seseorang berkacamata, tinggi besar, melihatku datang dan langsung berteriak,. “Anda, ngopo kowe?” Fathonah yang melihat langsung mengernyitkan dahinya.
            “Lha, Fathy kok bisa bareng sama Anda?” Sebelum kami menjawab, aku dan Fathonah saling berpandangan.
            “Kalian sudah saling kenal?” Fathonah mulai bersuara.
            “Andara iki koncoku SMP. Ora mung konco, tapi uwis koyok sedulur.” Kami lantas mengekspresikan perjumpaan dengan melakukan salam yang sering kami lakukan dulu, yaitu memukulkan genggaman tangan kanan kami. Fathonah terdiam, tertegun, tidak menyangka kakak sepupunya Garin Hendarso, bersahabat dengan teman barunya: Andara.
            “Iki lho Mas Garin.., Mas Andara ini yang sudah menemukan flashdisk pemberianmu. Nyawaku sing meh prothol dadi nyambung maneh mergo si es krim coklat ketemu.”  Garin tersenyum seraya mengangguk-angguk. Ia memang memberikan flashdisk berbentuk es krim kepada Fathonah sebagai hadiah ulang tahunnya 22 Maret kemarin. Flashdisk unik dan lucu yang langsung membuat Fathonah jatuh cinta.
            “Wis, arep maem opo? Bar milih ndang lingguh, mengko aku nyusul nang mejamu.” Garin menyuruh kami buru-buru memilih makanan. Konternya yang tadi masih lengang tiba-tiba saja diserbu mahasiswa-mahasiswa FTP yang kelaparan. Aku melihat Fathonah memesan makanan pada kru RB. Ia juga memesankan makananku juga minumanku. Selama ia memesan, aku memandangi Fathonah.
            “Rin.. Rin.., kok ra ngomong nduwe adik sepupu ayu ngunu?” gumamku dalam hati.
            Tiba-tiba, “Hayo ndelok opo yooh Mas Andara iki?” Kebetulan saja kru yang membantu konter Garin juga cantik. Dikira Fathonah aku sedang memerhatikan kru itu padahal …..

            

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PIYAMBAKAN

SENGAJA DATANG KE KOTAMU

KIRIMI AKU SURAT CINTA